Divestasi Saham: Pengertian, Tujuan, dan Contoh Kasus


Divestasi saham sering kali dikaitkan dengan strategi bisnis besar, tetapi pada dasarnya, konsepnya mirip dengan keputusan sehari-hari yang kita buat—seperti menjual aset untuk fokus ke peluang lain yang lebih menguntungkan. Baik itu perusahaan, investor, atau bahkan pemerintah, divestasi menjadi langkah penting dalam mengelola kepemilikan dan merancang strategi keuangan yang lebih efektif. Tapi, apa sebenarnya divestasi saham, mengapa dilakukan, dan bagaimana dampaknya? Mari kita bahas lebih dalam dengan beberapa contoh nyata.
{tocify} $title={Table of Contents}

Apa Itu Divestasi Saham?

Divestasi saham adalah tindakan pelepasan kepemilikan saham oleh individu, perusahaan, atau pemerintah, baik sebagian maupun seluruhnya. Divestasi ini bisa dilakukan melalui penjualan langsung, pengalihan kepemilikan ke entitas lain, atau mekanisme lainnya.


Tujuan Divestasi Saham

Divestasi bisa dilakukan dengan berbagai alasan, antara lain:

  1. Restrukturisasi Perusahaan – Untuk fokus pada bisnis inti dan melepaskan aset yang kurang menguntungkan.
  2. Mendapatkan Likuiditas – Menjual saham untuk mendapatkan dana segar guna investasi lain atau menutup utang.
  3. Regulasi Pemerintah – Dalam beberapa kasus, pemerintah mewajibkan perusahaan melepas sahamnya untuk memenuhi peraturan tertentu.
  4. Strategi Exit Investor – Investor institusi atau pemegang saham besar bisa melakukan divestasi untuk merealisasikan keuntungan.
  5. Tekanan Publik atau ESG (Environmental, Social, Governance) – Beberapa perusahaan atau investor melakukan divestasi karena alasan etis, seperti menjual saham di industri yang dianggap merugikan lingkungan atau sosial.

Contoh Kasus Divestasi Saham

1. Divestasi Freeport Indonesia oleh Freeport-McMoRan

Pada 2018, Freeport-McMoRan, perusahaan tambang asal Amerika Serikat, melepas 51% sahamnya di PT Freeport Indonesia kepada pemerintah Indonesia melalui PT Inalum (sekarang MIND ID). Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari negosiasi agar Freeport bisa memperpanjang kontrak tambangnya di Indonesia. Divestasi ini membuat Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas di Freeport Indonesia.

2. Divestasi Saham Telkom di IndiHome

Pada 2023, PT Telkom Indonesia (TLKM) menjual 29,4% sahamnya di IndiHome kepada Telkomsel, anak usahanya yang bergerak di sektor telekomunikasi seluler. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat sinergi bisnis broadband dan meningkatkan efisiensi operasional.

3. ExxonMobil Melepas Saham di Blok Cepu

Pada 2022, ExxonMobil dikabarkan berencana melepas kepemilikannya di Blok Cepu, salah satu ladang minyak terbesar di Indonesia. Alasan divestasi ini berkaitan dengan strategi global ExxonMobil yang ingin lebih fokus pada proyek lain yang lebih menguntungkan.

4. Divestasi Saham Tesla oleh Elon Musk

Elon Musk beberapa kali menjual saham Tesla untuk mendanai akuisisi Twitter (sekarang X) pada 2022. Divestasi ini dilakukan untuk mendapatkan likuiditas guna membiayai transaksi tersebut.


Dampak Divestasi Saham

Divestasi bisa memberikan dampak positif maupun negatif, tergantung pada kondisi dan tujuan pelepasan saham.

  • Dampak Positif:
    • Perusahaan yang membeli saham bisa mendapatkan kendali lebih besar.
    • Dana segar dari divestasi bisa digunakan untuk pengembangan bisnis lain.
    • Investor yang menjual bisa merealisasikan keuntungan.
  • Dampak Negatif:
    • Jika divestasi dilakukan karena tekanan finansial, harga saham bisa jatuh.
    • Ketidakpastian bagi karyawan dan pemegang saham lainnya.
    • Potensi hilangnya teknologi atau manajemen yang berpengalaman.

Analogi

Divestasi saham bisa diibaratkan seperti seseorang yang menjual sebagian atau seluruh asetnya untuk tujuan tertentu. Berikut beberapa analogi yang mudah dipahami:

  1. Menjual Warung untuk Fokus ke Bisnis Lain
    Bayangkan seseorang memiliki warung kelontong dan kafe kecil. Karena ingin fokus mengembangkan kafe, ia menjual warungnya ke orang lain. Dengan uang hasil penjualan, ia bisa memperluas kafe, membeli peralatan baru, atau menambah menu. Ini seperti perusahaan yang melepas saham di satu bisnis untuk fokus ke bisnis lain yang lebih menguntungkan.

  2. Orang Tua Melepas Kepemilikan Warisan
    Seorang ayah memiliki sawah yang luas, tetapi karena anak-anaknya tidak tertarik bertani, ia menjual sebagian sawah itu kepada petani lain yang lebih membutuhkan. Dengan uang hasil penjualan, ia bisa berinvestasi di properti yang lebih mudah dikelola. Ini mirip dengan perusahaan yang menjual sahamnya kepada pihak lain yang lebih berkompeten dalam mengelola aset tersebut.

  3. Menjual Motor untuk Beli Mobil
    Seseorang memiliki motor tetapi merasa butuh kendaraan yang lebih besar untuk keluarganya. Ia pun menjual motornya dan menggunakan uang itu untuk menambah dana membeli mobil. Ini seperti perusahaan yang menjual saham di satu bisnis untuk mengembangkan aset yang lebih besar dan sesuai dengan kebutuhannya.

Dari analogi di atas, divestasi saham pada dasarnya adalah strategi untuk mengalokasikan kembali sumber daya demi keuntungan jangka panjang.


Kesimpulan

Divestasi saham adalah strategi bisnis yang sering digunakan oleh perusahaan atau pemerintah untuk mencapai berbagai tujuan finansial dan operasional. Meski bisa memberikan dampak positif, divestasi juga memiliki risiko, terutama jika dilakukan dalam kondisi mendesak. Oleh karena itu, keputusan divestasi harus didasarkan pada analisis yang matang.

Artikel Pilihan

Seseorang yang selalu berusaha menjadikan setiap tulisan bermakna, penuh manfaat, dan inspirasi bagi banyak orang. Percaya bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk mengubah, menggerakkan, dan memberikan dampak positif dalam kehidupan. Berkomitmen untuk terus belajar, berbagi, dan menebar kebaikan melalui tulisan.